Persalinan suatu proses membuka dan menipisnya serviks serta terjadi kontraksi uterus sehingga menyebabkan nyeri pada proses persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Niven dan Gijsbers (1984) bertujuan untuk melihat perbandingan intensitas nyeri persalinan dengan nyeri lain diperoleh hasil bahwa nyeri persalinan melebihi sindrom nyeri lain seperti, 88% dari 73 penderita nyeri tungkai menerima intervensi farmakologis, 76% dari sampel (n=200) mengalami nyeri punggung selama kehamilan dengan insiden puncak pada usia kehamilan 24-28 minggu yang mengganggu aktivitas normal ibu, maka nyeri harus diberi intervensi metode pengendali nyeri demi kenyamanan dan keringanan si penderita (Mander R., 2003, hal. 140).
Nyeri adalah proses alamiah dalam persalinan. Apabila tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan masalah lain yaitu meningkatnya kecemasan karena kurangnya pengetahuan dan belum ada pengalaman pada ibu primigravida saat menghadapi persalinan sehingga produksi hormon adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi yang menyebabkan aliran darah ibu ke janin menurun. Janin akan mengalami hipoksia sedangkan ibu akan mengalami persalinan lama dan dapat meningkatkan tekanan sistolik dan diastolik.
Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari mekanisme koping seseorang dan juga banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri: diantaranya pengetahuan ibu tentang rasa takut dan rasa nyeri yang dirasakan, cemas, jumlah kelahiran sebelumnya, presentasi janin, budaya melahirkan, posisi saat melahirkan, dukungan dan setuhan keluarga atau suami, serta sumber informasi yang terpenting untuk ibu. Tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang intens selama persalinan dan ambang nyeri alami dan sentuhan yang di berikan oleh seorang penolong.
Departemen WHO Membuat Kehamilan Lebih Aman (MPS) yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang terampil untuk mengurangi angka kematian bayi dan kematian ibu secara signifikan pada tahun 2015 dengan diteksi dini, antenatal care, penatalaksanaan persalinan dan nifas yang baik (WHO, 2010, ¶ 1). Pada masyarakat primitif, persalinan lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, S., 2005).
Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari mekanisme koping seseorang dan juga banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri: diantaranya pengetahuan ibu tentang rasa takut dan rasa nyeri yang dirasakan, cemas, jumlah kelahiran sebelumnya, presentasi janin, budaya melahirkan, posisi saat melahirkan, dukungan dan setuhan keluarga atau suami, serta sumber informasi yang terpenting untuk ibu. Tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang intens selama persalinan dan ambang nyeri alami dan sentuhan yang di berikan oleh seorang penolong.
Departemen WHO Membuat Kehamilan Lebih Aman (MPS) yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang terampil untuk mengurangi angka kematian bayi dan kematian ibu secara signifikan pada tahun 2015 dengan diteksi dini, antenatal care, penatalaksanaan persalinan dan nifas yang baik (WHO, 2010, ¶ 1). Pada masyarakat primitif, persalinan lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, S., 2005).
Manajemen nyeri persalinan dapat diterapkan secara non farmakologis dan farmakologis. Pendekatan secara non farmakologis tanpa penggunaan obat-obatan seperti relaksasi, masase, akupresur, akupunktur, kompres panas atau dingin dan aromaterapi, sedangkan secara farmakologis melalui penggunaan obat-obatan. Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman, sederhana dan tidak menimbulkan efek merugikan serta mengacu kepada asuhan sayang ibu, dibandingkan dengan metode farmakologi yang berpotensi mempunyai efek yang merugikan. Penelitian Sylvia T Brown (2001) yang bertujuan untuk melihat pengaruh metode nonfarmakologi terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan dengan 10 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada 46 orang sampel diperolah hasil bahwa teknik pernapasan, relaksasi, akupresur, masase merupakan teknik paling efektif menurunkan nyeri saat persalinan (Arifin, L., 2008, ¶ 2). Tubuh memiliki pereda nyeri alamiah yaitu endorphin. Endorpin bisa diperoleh dengan masase (Nolan, 2003). Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri. Hanya 19,3% wanita mendapat masase untuk meredakan nyeri dan hanya 5% bidan dilaporkan menggunakan metode ini bagi wanita secara individu. Ketidaksesuaian ini berlawanan dengan pemberian obat seperti petidin, yang dilaporkan 37,8 % oleh bidan (Mander, R., 2003, hal. 163).
Dalam persalinan, masase membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan. Ibu yang yang di masase 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, keluarga pasien ataupun pasien itu sendiri akan lebih bebas dari rasa sakit, karena masase meransang tubuh melepaskan senyawa endorphin.
Penatalaksanaan kebidanan terhadap nyeri persalinan digali dengan menggunakan sampel sebanyak 4171 pasien yang mengalami kelahiran di rumah sakit yang ditolong oleh perawat-bidan pada sembilan rumah sakit di Amerika Serikat tahun 1996. Kira-kira 90% dari wanita yang bersalin yang dipilih menggunakan beberapa tipe penatalaksanaan nyeri untuk persalinan. Banyak memilih melalui susunan metode nonfarmakologis dengan atau tanpa farmakologis. Sesuai harapan, metode nonfarmakologis adalah pilihan yang disukai (Patree & Walsh, 2007). Berdasarkan pendapat Steer dikutip dari Mander, (2003). Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri nonfarmakologi yang paling sering digunakan di Inggris. Steer melaporkan bahwa 34 % ibu menggunakan metode relaksasi. Frekuensi ini sedikit ketinggalan dengan penggunaan Etonox (60%), tetapi tidak terlalu jauh berada di belakang metode yang kedua yang paling sering digunakan yaitu petidin (36,9%)
PUSTAKA
Danuatmaja,& Meiliasari. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta: Puspa Swara.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Rosemary Mander. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC